عن أبي محمد عبد الله بن عمرو بن العاص رضي الله عنهما قال: قال رسول الله : (( لا
یؤمن أحدكم حتى یكون هواه تبعا لما جئت به )) حدیث حسن صحيح رویناه في كتاب
الحجة بإسناد صحيح
.
Dari Abu Muhammad Abdullah bin Amr bin Ash radhiallahu ‘anhu dia berkata: Rasulullah bersabda, “Tidak beriman seseorang di antara kalian sehingga hawa nafsunya mengikuti ajaran yang aku bawa.”یؤمن أحدكم حتى یكون هواه تبعا لما جئت به )) حدیث حسن صحيح رویناه في كتاب
الحجة بإسناد صحيح
.
(Hadits shahih, kami riwayatkan dalam kitab Al-Hujjah dengan sanad yang shahih)
Sempurnanya Iman
Sempurnanya iman hanya dapat diraih dengan menundukkan hawa nafsu untuk mengikuti semua petunjuk Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Iaitu dengan mendahulukan kehendak Rasulullah atas kehendak dirinya terutama ketika terjadi pertentangan kehendak. Demikianlah banyak ayat dan hadits yang semakna dengan hadits ini. Walau secara sanad hadits ini didha’ifkan oleh banyak ulama.
Penafian iman di sini diertikan sebagai penafian kesempurnaan. Kerana seperti telah dibahas di depan bahawa penafian ada dua macam. Penafian iman sama sekali dan penafian kesempurnaannya.
Syarah Hadis 41 - Kewajiban Mengikuti Sunnah
Penulis: Syaikh Shalih bin ‘Abdul Aziz Alu Syaikh hafizhahullah
Diterjemahkan dari Penjelasan Hadits Arba’in No. 41 Oleh: Abu Fatah Amrullah
Perujuk: Ustadz Abu Ukasyah Aris Munandar
Dari Abu Muhammad Abdullah bin Amr bin Al-Ash radhiallahu ‘anhuma beliau berkata: Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak beriman salah seorang di antara kalian sampai hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa” (hadits hasan sahih yang kami riwayatkan dari Kitabul Hujjah dengan sanad yang sahih)
Penjelasan:
Hadits ini adalah hadits yang terkenal dan hadits ini terdapat dalam Kitab At-Tauhid. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak beriman salah seorang di antara kalian sampai hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa”. Hadits ini berdarjat hasan sebagaimana yang dihasankan Imam Nawawi di sini. Bahkan beliau berkata ini adalah hadits yang hasan shahih.
Hadits ini dikatakan sebagai hadits hasan karena hadits ini sesuai dengan makna ayat Al Quran iaitu:
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا ﴿٦٥﴾ |
"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya." (QS An Nisaa: 65)
Menganggap sebuah hadits memiliki darjat hasan kerana memiliki makna yang sesuai dengan ayat Al Quran adalah mazhab yang dipegang dan dijadikan sebagai hujjah oleh banyak ulama terdahulu seperti Ibnu Jarir Ath Thabari dan sebahagian ulama dan imam ahli hadits.
Perkataan nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam pada hadits ini: “Tidak beriman salah seorang di antara kalian sampai hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa” memiliki makna bahawa keimanan yang sempurna tidak akan terwujud sampai hawa nafsu dan harapan seseorang mengikuti apa yang dibawa oleh Al Musthafa (nabi Muhammad) shalallahu ‘alaihi wa salam. Hal ini juga bermakna bahawa seseorang wajib mendahulukan kehendak Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dibandingkan dengan kehendaknya serta mendahulukan syariat Rasulullah shalallahu ‘alaihi sallam dari pada hawa nafsunya. Jika terdapat pertentangan antara harapannya dengan sunnah, maka dia akan mendahulukan sunnah. Hal ini telah dijelaskan pada banyak ayat Al Quran dan hadits, seperti firman Allah jalla wa ‘ala:
قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ .... ﴿٢٤﴾ |
“Katakanlah: “Jika bapak-bapak , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” (QS At Taubah: 24)
Maka seseorang wajib untuk lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya dibandingkan selain keduanya. Jika seseorang sudah berbuat demikian, maka hawa nafsunya sudah mengikuti apa yang dibawa oleh Al Musthafa shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Maka makna perkataan Rasulullah shalalahu ‘alaihi wa sallam: “Tidak beriman salah seorang di antara kalian” adalah meniadakan kesempurnaan keimanan yang wajib. Makna ini adalah makna zahir yang sesuai dengan kaedah yang telah kita pelajari sebelumnya. Pembicaraan tentang hal ini secara lebih lengkap terdapat dalam penjelasan Kitab At Tauhid.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan